BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi banyak membawa
dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan dewasa ini.Pendidikan formal.
Informal, dan non formal dapat menikmati fasilitas teknologi informasi dari
yang sederhana sampai kepada yang canggih. Teknologi komputer dan internet,
mulai dari perangkat lunak maupun perangkat keras memberikan banyak tawaran dan
pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran para peserta
didik. Keunggulan yang ditawarkan bukan
saja terletak pada faktor kecepatan untuk mendapatkan informasi, namun juga
fasilitas multi media yang dapat membuat belajar lebih menarik mellalui visual
secara interaktif, format penilaian secara elektronik.
Memasuki
abad ke -21 pendidikan harus mampu mengarahkan peserta didik agar dapat hidup dalam situasi baru yang muncul
dalam diri dan lingkungannya. Dengan kondisi seperti itu diperlukan kemampuan
belajar bagaimana belajar(learning how to learn),
Melalui
e-learning, para peserta didikdimungkinkan untuk tetap dapat belajar sekalipun
secara fisik tidak hadir atau berhalangan hadir mengikuti kegiatan perkuliahan
di dalam kelas. Keadaan yang demikian ini dapt terjadi apabila lembaga
pendidikan telah mengembangkan dan mengimplementasikan e-learning dalam
kegiatan pembelajaran sehingga para peserta didik dapat lebih mengoptimalkan
kegiatan belajarnya. Interaksi para peserta didik dengan guru atau dosen tidak
lagi terbatas hanya di ruang kelas atau perkuliahan tetapi dapat dilanjutkan di
ruang maya(virtual room).
Seiring
dengan perkembangan TIK tersebut, tentu tidak mungkin kita sebagai pendidik
tetap menggunakan penilaian tradisional untuk menilai hasil pembelajaran
berbasis ICT, sehingga perlu penilaian baru sesuai dengan perkembangan
tersebut, diantaranya adalah menggunakan e-portofolio.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah
yang dimaksud E-learning?
2. Bagaimanakah
ruang lingkup atau dimensi yang tercakup dalam E-learning?
3. Bagaimana
contoh penerapan E-Learning dalam pembelajaran?
4. Bagaimana
jenis assessment pembelajaran pada abad ke-21?
5. Apakah
yang dimaksud dengan PBL, dan bagaimana penerapannya?
6. Apakah
yang dimaksud dengan e-portofolio?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk
mengetahui Pengertian E-Learning.
2. Untuk
megetahui ruang lingkup atau dimensi yang tercakup dalam E-learning.
3. Untuk
mengetahui contoh penerapan E-Learning dalam pembelajaran, dan menerapkannya.
4. Untuk
mengetahui jenis assessment pembelajaran pada abad ke-21
5. Untuk
mengetahui pengertian PBL dan penerapannya
6. Untuk
mengetahui pengertia e-portofolio dan manfaatnya bagi dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
E-
learning for Students and Teachers
1.
Pengertian
e-learning
Pembelajaran
E-learning, atau elektronik[1],
adalah istilah yang digunakan secara luas dalam bisnis, industri dan
pendidikan. Ketika anda mengetik kata e-learning di mesin pencari google maka
anda akan mendapatkan ribuan hasil pencarian. Istilah e-learning tepat untuk
pendidikan karena menggabungkan dengan nama e (elektronik) dan belajar, dan
dengan demikian menempatkan sebuah penekanan pada belajar dengan menggunakan
konsep TIK.
Dimana TIK
memberikan fasilitas , dan e-learning dapat diumpamakan sebagai perjalanan,
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan sebagai tujuan.
Dengan kata lain, kita menggunakan ICT untuk berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan pembelajaran elektronik. Kegiatan yang mendasari semuaperangkat
elektronik yang memungkinkan para peserta didik untuk terhubung ke
jaringan-World Wide Web atau hanya web- dan teknologi yang terkait web seperti
browser dan mesin pencarian yangmemungkinkan para peserta didik untuk
berinteraksi dengan konten di web.
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi.
Karena itu e-learning dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu
pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer assisted
learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.
Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada
prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Technology based learning dan Technology based web-learning. Technology based learning ini pada
prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio tape,
voice mail telephone) dan Video Information Technologies (video tape, video
text, video messaging).
Sedangkan
teknologi based web-learning pada
dasarnya adalah Data Information Technologies (bulletin board, Internet,
e-mail, tele-collaboration). Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang
sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas
(audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering di pakai pada
pendidikan jarak jauh (distance education), dimasudkan agar komunikasi antara
murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini.
Tidak ada kesepakatan secara universal mengenai kata
e-Learning. Salah satu penulis mendefinisikan e-learning sebagai "pedagogi
yang memberdayakan digital teknologi (IT)" (Nichols, 2008)[3].
Dalam pengertian lain e-learning. Perbedaannya ada pada perangkat elektronik
untuk belajar disertakan dalam definisi.
Berikut Resta dan Patru (2010) dalam publikasi UNESCO,
pembangunan guru di era E-learning:
kebijakan dan panduan perencanaan, pendekatan ini berarti bahwa e-learning
adalah proses belajar dengan berkomunikasi menggunakan internet dan
berinteraksi dengan konten yang diakses melalui internet, Semua dalam konteks
pedagogi.:Pendekatan ini menunjukkan dua dimensi dalam e-learning :
a. komunikasi-berkomunikasi
dengan menggunakan internet atau web; dan
b. konten-konten
di web
Diskusi
tentang dua dimensi ini mengarah pada pengembangan model untuk e-learning di
mana kami merupakan kategori yang berbeda dari belajar.
1)
Dimensi
komunikasi
Komunikasi melalui internet dalam hal komunikasi
dengan orang lain dapat dipahamis ebagai sebuah kesatuan. Pada salah satu
bagian ada sedikit atau tidak ada komunikasi antar manusia; pada posisi titik
tengah terdapat banyak komunikasi dalam Lapangan; sementara yang lain di akhir
bagian terdapat banyak sekali komunikasi yang kemudian disebut masyarakat
praktek.
2) Dimensi konten
Dalam cara
yang mirip dengan dimensi komunikasi, dimensi konten/materi untuk pengajaran di
internet mungkin juga dapat dipahami sebagai sebuah urutan. Pada salah satu
urutan, konten/materi tidak terorganisir untuk setiap pengajaran tertentu. Hal
ini terjadi ketika pelajar danguru mencari di internet untuk semua jenis
informasi dan sumber. Pada titik tengahposisi pada urutan disebut konten
pra-terstruktur yang mana e-learning di gunakan oleh guru untuk pembelajaran
tertentu. Di ujung urutan lain, konten/materi dibangun bersama oleh guru dan Para
peserta didik bersama-sama mereka membuat sumber daya yang baru, yang dapat di
akses untuk orang lain pada web.
3.
Kategori
e-learning
Dua
dimensi di atas dari e-learning, yaitu
komunikasi dan konten/materi, dijelaskan secara terpisah, di atas, sebagai masalah
kenyamanan. Keduanya ditempatan untuk membangun dua dimensimodel e-Learning.
Karena variasi keduanya kita dapat mendapatkan hal yang berbeda dari
pembelajaran e-learning
Ketika para
pelajar dan guru hanya mencari di internet untuk informasi dan sumber belajar,
konten tidak terorganisir untuk pengajaran dan ada sedikit atau tidak ada
interaksi yang terjadi. Maka posisi e-resourcesberada pada paling bawah
Dengan
pembelajaran online (onine courses) seperti seperti yang ditawarkan dalam
program-program pendidikan jarak jauh, kontentelah mulai di susun oleh pengajar
dan ada tingkat tertentu komunikasi yang terjadi dengan pengajar. Maka posisi
pembelajaran online (onine courses) lebih meningkat di bandingkan dengan
e-resources. Blended learning, seperti namanya, menawarkan campuran konten
online dan tatap muka dengan pengajar. Karena tambahan interaksi dengan
pengajar, blended learning memiliki dimensi konten dan komunikasi yang lebih
daripada online courses.
Communities
of practice terjadi ketika guru dan pelajar bersama bersama-sama membangun
pembelajaran,terus menambah dan mengomentari pembelajaran, dan berbagi dengan
orang lain di web terkait pembelajaran tersebut .Apabila guru terlibat dengan
guru-guru lain yang menggunakan alat-alat web untuk berbagi pengalaman mereka,
bentuk komunikasi terbanyak terjadi di sini. Maka posisi Communities of
practice terletak paling atas dari model.
Empat dasar
kategori E-Learning
E-resources
di sini merujuk kepada informasi dan sumber di web yang senantiasa tersedia
untuk di akses oleh guru dan murid untuk
pembelajaran. Banyak koleksisumber-sumber pengajaran seperti itu yang biasa
disebut repositori informasi dan senantiasa tersedia. Untuk mengakses E-resources,
yang kita butuhkan adalah search enggine (mesin pencari). Dengan menandai, kita
dapat kembali ke sumber belajar dengan mudah.
Pembelajaran
online (onine courses) adalah sesuatu yang
banyak ditawarkan oleh lembaga-lembaga pembelajaran di seluruh dunia,
biasanya terkait biaya, dan sering sebagai bagian dari ijazah atau gelar.
Namun, ada juga banyak pembelajaran online gratis pada banyak mata pelajaran
yang ditawarkan oleh sebuah institusi dan individu. Course Management Systems
(CMS) menyediakan presentasi bahan-bahan pembelajaran pada web, pengujian,
umpan balik, dan ditambah fitur lainnya.
Blended
learning adalah sebutan untuk proses belajar yang menggabungkan proses
pembelajaran yang beragam: biasanya menggunakan pembelajaran melalui web dan
pembelajaran tatap muka.Jadi Blended learning dapat menggabungkan penggunaan
alat-alat pengajaran web atau pembelajaran online dengan metode pengajaran
tradisional seperti instruksi guru, diskusi, seminar dan tutorial. Dalam
pendekatan pembelajaran dicampur, guru dapat mengambil pemanfaatan web yang memungkinkan
siswa untuk berkomunikasi satu sama lain, serta berkolaborasi dengan berbagi
sumber. Selain itu dapat memanfaatkanCourse Management Systems (CMS) seperti
pembelajaran online.
Communities of practice adalah sekelompok orang-orang seperti guru atau
bahkan mahasiswa yang berbagi kepentingan bersama. Skelompok ini sering
membahas satu minat khusus dalam sebuah topik, atau mereka khusus mengatur
berbagi ide dan pengalaman.Komunikasi antara anggota dapat dikirim melalui
email, oleh videoconference, atau penggunaan media sosial.
Sedangkan
Rosenberg (2001)[4]
mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning, yaitu :
a. Pertama,
e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat,
menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran
dan informasi.
b. Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui
komputer dengan menggunakan standar teknologi internet.
c. Ketiga, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran
yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional
dalam pelatihan.
.
Berikut adalah beberapa kelebihan dari pembelajaran
elektronik atau e- learning:
a. Mempersingkat
waktu pembelajaran :Dengan adanya e-learning, murid tidak perlu masuk di ruang
kelas dan menghabiskan waktu perjalanan dari rumah ke tempat belajar.
b. Membuat biaya
studi lebih ekonomis :Dengan e-learning, biaya yang harus dikeluarkan lebih
sedikit karena menghemat biaya gedung, biaya listrik, biaya peralatan-peralatan
yang harus digunakan. Dengan demikian, biaya studi akan menjadi lebih murah dan
ekonomis.
c. Mempermudah
interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan
dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Dengan e-learning maka
peserta didik dapat melihat dan mencari bahan pelajaran setiap waktu
diperlukan. Selain itu, peserta didik dan dosen/guru/instruktur dapat online
selama mereka ingin. Jadi, dengan e-learning peserta didik dapat terus belajar
selama mereka mau.
d. Pengalaman
pribadi dalam belajar : pilihan untuk mandiri dalam belajar menjadikan siswa
untuk berusaha melangkah maju, memilih sendiri peralatan yang digunakan untuk
penyampaian belajar mengajar, mengumpulkan bahanbahan sesuai dengan kebutuhan.
e. Mudah dicapai:
pemakai dapat dengan mudah menggunakan aplikasi e-Learning dimanapun juga
selama mereka terhubung ke internet. e-Learning dapat dicapai oleh para pemakai
dan para pelajar tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
f. Kemampuan
bertanggung jawab : Kenaikan tingkat, pengujian, penilaian, dan pengesahan
dapat diikuti secara otomatis sehingga semua peserta (pelajar, pengembang dan
pemilik) dapat bertanggung jawab terhadap kewajiban mereka masing- masing di
dalam proses belajar mengajar.
g. Merangsang daya kreatifitas berpikir siswa. Dengan adanya
e-learning daya kreatifitas berpikir mahasiswa lebih terangsang karena siswa
harus mampu mencari sendiri bahan yang harus dipelajari dan harus memiliki
kemauan sendiri dalam belajar.
Selain kelebihan, e-learning juga memiliki
kekurangan-kekurangan, yaitu :
a. Dalam e-learning, faktor kehadiran guru atau pengajar
otomatis menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena
yang mengambil peran guru adalah komputer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh “contents writer”, designer
e-learning dan pemrogram
komputer.
b. Guru banyak yang belum siap menggunakan metode e-learning
dan masih mengajar menggunakan metode ceramah serta belum terampil menggunakan
fasilitas seperti video dan komputer.
c. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek
sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial
d. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan
daripada pendidikan.
e. Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai
teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik
pembelajaran yang menggunakan ICT (Information, Communication and Technology).
f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin
hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun
komputer).
g. Masih ada banyak orang yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sedikit tentang internet.
B. Assessing Student E-Learning
1. Pengertian assesment
Menurut Hills (1992) dalam Rifa’i[6],
Assesment merupakan tahap pengumpulan data tentang perkembangan dan belajar
peserta didik, menentukan kebermaknaan tujuan program, memadukan informasi ke
dalam perencanaan program, dan mengkomunikasikan temuan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Penilaian
(assessment) adalah Penafsiran hasil pengukuran & pencapaian hasil belajar.Penggunaan
teknologi untuk melakukan assessment kepada siswa disekolah berhasil
mendorong ukuran validitas yang tinggi dalam hasilnya, memotivasi siswa dalam
pengerjaannya, selain itu bentuk penyajian soal juga lebih interaktif dan
harapannya sesuai dengan tujuan pengukuran yang ingin dicapai, dengan kata lain
pengukurannya lebih kontekstual.
Sebagaimana ditegaskan
dalam pedoman penilaian untuk sekolah dasar (Depdikbud, 1994:1)[7]
penilaian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan
dasar maupun penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran
yang dirumuskan pada langkah awal pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam
kegiatan pembelajaran dan proses penilaian yang akan dilakukan.
Menurut Davis (dalam
Sudarsono Sudirdjo dkk., 1991:94) tujuan tidak hanya merupakan arah yang dapat
membentuk atau mewarnai kurikulum dan memimpin kegiatan pengajaran, tetapi juga
dapat menyediakan spesifikasi secara terperinci bagi penyusunan dan penggunaan
teknik-teknik penilaian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran yang dirumuskan secara jelas dan spesifik akan menunjang proses
penilaian yang tepat dan dapat membantu di dalam menetapkan kualitas dan
efektivitas pengalaman belajar siswa.
2. Assesment Pembelajaran di Abad ke-21
Istilah "digital pribumi"[8]
digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang lahir dan tumbuh pada abad ke-21.
Pada abad ini anak-anak sangat membutuhkan keterampilan baru yang disebut
“kemahiran menggunakan digital”. Model pembelajaran yang diterapkan kepada
anak-anak tersebut juga mengalami perubahan agar siswa berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran, siswa tidak hanya sekedar pasif menerima informasi yang
disampaikan. Untuk mengerjakan latihan
dan memecahkan masalah, siswa lebih sering belajar secara kelompok.
Sebagian pendidik tidak sepakat jika metode penilaian
berubah menjadi e-learning.. Beberapa pendapat mengatakan bahwa penilaian
e-Learning sama saja dengan penilaian kegiatan belajar yang lain seperti
papert, karena setiap penilaian tetap menggunakan instrumen yang sah dan handal.
Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, contohnya adalah lebih dari 30 tahun yang
lalu dunia pendidikan masih menggunakan papert sebagai alat penelitian, namun
perkembangan TIK mengakibatkan terjadinya perubahan pembelajaran, sehingga kita
perlu mencocokkan metode penilaian yang tepat sesuai pembelajaran yang berbasis
TIK.
Di masa lalu, penilaian hanya dilakukan dengan cara
menguji kemampuan siswa dalam mereproduksi informasi dan pengetahuan dengan
cermat. Namun, seperti yang kita lihat dalam bab-bab sebelumnya, perkembangan
informasi dan pengetahuan semakin pesat sehingga menyebabkan kita tidak mudah
menyampaikan semua informasi kepada siswa sebagai bekal mereka dalam menjalani
kehidupan dan pekerjaannya. Misalnya pada bidang teknologi itu sendiri terdapat
perubahan pengetahuan siswa
Penilaian yang hanya menggunakan tes saja tidak mampu menggambarkan
kemampuan siswa secara utuh. Hal itu dikarenakan kemampuan siswa yang terus
berkembang dan keterampilan yang dimiliki siswa yang beragam. Oleh karena itu
dibutuhkan teknik penilaian autentik yang dapat merekam pengetahuan,
keterampilan dan sikap siswa secara
holistik. Teknik penilaian autentik dilakukan melalui portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan observasi.
3. A Learner-Centred Aproach (pembelajaran yang berpusat
pada siswa)
A
Learner-centred approach[9] adalah
sebuah pendekatan yang berpusat pada siswa. Hal ini merupakan kebalikan dari
metode mengajar tradisional, dimana gurulah yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam belajar siswa hanya berperan sebagai penerima
informasi/siswa belajar secara pasif, tanpa memperhatikan, kebutuhan,
kemampuan, dan gaya belajar siswa, hal ini tentu sangat ditentukan oleh peran
guru dalam mengelolah pembelajaran.
Sebaliknya untuk menerapakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa, maka guru menggunakan pengetahuan dan sumber daya untuk
turut merancang kegiatan belajar proyek untuk murid-murid mereka.
Efek dari a learner centred approach adalah siswa
diberi kesempatan untuk lebih aktif, bertanggung
jawab dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Dengan demikian, mereka dapat
memilih proyek mereka sendiri, dan belajar untuk mengambil keputusan sendiri.
Dalam kegiatan belajar-berpusat pada
kelas, siswa sering bekerja sama dalam kelompok kecil, dan mereka
memutuskan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok.
Di dalam kelas kita perlu memberikan pengarahan pada
setiap kelompok maupun individu, seperti membantu mengidentifikasi suatu
masalah, agar setiap kelompok siswa focus mencari jawaban dari pertanyaan
tertentu.sebaiknya masalah yang dimunculkan diambil dari pengalaman sehari-hari
sehingga dapat memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas secara otentik. Karena
siswa sering bekerja dalam kelompok kecil, mereka belajar dari siswa yang satu
ke siswa lainnya dalam menemukan solusi tetrbaik terhadap suatu masalah
tertentu. Mereka belajar dalam Tim.
Perbedaan
pendekatan yang berpusat pada Siswa dan pembelajaran yang berpusat pada guru
dapat dilihat dari penilaian hasil belajarnya. Biasanya, hasil belajar siswa
yang berpusat pada siswa dapat dilihat dengan kemampuan individu atau kelompok
dalam membuktikan apa yang telah mereka pelajari melalui pembuatan proyek atau
kinerja dalam menyelesaikan masalah. Siswa yang lain memperhatikan siswa yang
menunjjukkan apa yang telah mereka pelajari. kemudian siswa lain bereaksi dan
memberikan umpan balik.
4. Project Based Laearning (Pembelajaran Berbasis Proyek)
Kata “proyek” berasal dari bahasa
latin “proyektum” yang artinya maksud tujuan,rancangan, rencana. Jadi
memproyeksikan berarti merancang, merencanakan, dengan maksud dan tujuan
tertentu, yaitu mempunyai planning yang baik di dalam kegiatan tahunan dan
sebagainya. Metode proyek adalah cara mengajar dengan jalan memberikan kegiatan
belajar pada siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih,
merancang dan memimpin pikiran serta pekerjaannya.
Jenis
pembelajaran yang dijelaskan di atas adalah mengarahkan siswa untuk mencari
solusi dalam sebuah masalah nyata, pengumpulan informasi, analisis data.
Istilah ini biasanya disebut pembelajaran berbasis proyek atau PBL. Kegiatan
ini, sudah tidak asing lagi, karena guru yang baik sering memberikan tugas
proyek pada siswa baik secara individu maupun kelompok dalam kelas biasa. Tidak saat ini minat akan pembelajaran berbasis
proyek semakin meningkat dengan adanya TIK. Khususnya peluang penenelitian yang
bisa diakses di internet dan susunan multimedia untuk menyajikan hasil
proyeknnya. Memang, Wikipedia mendefinisikan pelajaran berbasis proyek sebagai
"penggunaan kelas proyek, dimana siswa menggunakan teknologi dan
permintaan untuk terlibat dengan masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang relevan
dengan kehidupan mereka"
Selain
penggunaan teknologi dalam pekerjaan proyek mahasiswa, dalam PBL sebuah kunci
yang membedakan fitur hari ini penggunaan PBL adalah mode penilaian. Daripada
penilaian menggunakan tes tradisional, siswa biasanya dinilai berdasarkan
proyek-proyek yang mereka hadir. Untuk mengilustrasikan, kita mempertimbangkan
dua bentuk PBL penilaian: formatif dan sumatif. Untuk membuat aksesori
penilaian lebih konkret, mari kita bayangkan bahwa siswa diberi tugas mencari
solusi untuk masalah yang signifikan dalam konteks bahwa mereka akrab dengan,
bahwa mereka bekerja sendiri-sendiri atau dalam kelompok selama jangka waktu
yang wajar, mengatakan setengah istilah atau lebih, dan bahwa mereka akan
diminta untuk mempresentasikan penemuan dalam bentuk beberapa halaman web.
Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran
berbasis proyek meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Penilaian diperoleh dari kegiatan peserta didik yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu mulai dari perencanaan, penyusunan jadwal, penyelesaian
proyek, penyusunan laporan, dan evaluasi proses dan hasil proyek. Adapun
penilaian dalam pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
a) Formative
Assesment (penilaian formatif)
Penilaian
formatif adalah penilaian yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan
pembelajaran atau sub pokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik
“telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
Penilaian
yang formatif dalam PBL adalah untuk membantu terbentuknya umpan balik siswa
selama proyek berlangsung, sehingga mereka dapat memperbaiki pekerjaan/proyek
mereka. Umpan balik tersebut membuat siswa pdapat memperkirakan nilai pekerjaan
mereka seperti yang terlihat oleh orang lain dan itu dapat meningkatkan
memotivasi mereka untuk bekerja lebih lanjut dalam penyusunan kembali proyek
mereka sebelum akhirnya mengumpulkan tugas tersebut.
b) Sumative
Asssesment (penilaian Sumatif)
Penilaian
yang dilakukan di akhir masa pembelajaran dengan tujuan memberikan penilaian
final terkait penguasaan pengetahuan dan ketrampilan seseorang.
Summative
assessment[10] juga Merupakan
evaluasi guru terhadap karya/proyek siswa setelah proyek tersebut dikumpul. Dengan PBL, kita melihat munculnya alat
penilaian lebih objektif apa yang disebutkan sebagai rubrik untuk mengevaluasi
proyek.
Sederhananya, sebuah rubrik adalah daftar indikator
atau kriteria untuk menilai komponen kunci proyek untuk dievaluasi.
Masing-masing indikator biasanya mencetak dari rendah (menunjukkan kinerja yang
buruk) tinggi (menunjukkan kinerja yang sangat baik). Skor akhir yang diberikan
untuk sebuah proyek adalah rata-rata yang diperoleh dengan menjumlahkan Partitur
atas komponen proyek yang berbeda. Contoh terbaik menggambarkan bagaimana
rubrik digunakan dalam penilaian yang sumatif.
Berikut ini
contoh rubric secara umum, ada empat indicator dalam pemberian skor:
1) menunjukkan
tidak lengkap
2) menunjukkan
sebagian mahir
3) menunjukkan
mahir
4) sangat baik
5. E-portofolio
Portofolio adalah koleksi karya yang disengaja untuk
memberikan gambaran kepada pembaca tentang hasil karya, kemajuan dan
keterampilan. Portofolio yang disimpan secara elektronik atau digital dinamakan
e-portofolio.
Pendekatan lain untuk penilaian adalah penggunaan
e-portofolio. Portofolio lama telah digunakan oleh seniman sebagai sarana untuk
menunjukkan contoh dari pekerjaan mereka, misalnya untuk menunjukkan apakah ini
adalah lukisan, gambar atau foto. Sebagian individu tetap membuat portofolio
sebagai referensi, Surat pujian, dan contoh lain dari pekerjaan mereka, yang
diatur dalam cara-cara untuk menunjukkan kreativitas dan kompetensi mereka.
Namun, portofolio elektronik, atau e-portofolio secara umum mengandung makna
yang lebih luas sebagai alat untuk belajar, umpan balik, penilaian dan refleksi
diri.
Berikut ini adalah contoh
e-portofolio
Ketika siswa menyusun e-portofolio, mereka berlatih
dan menunjukkan keahlian mereka dalam menggunakan ICT dalam situasi nyata dan
otentik. Mereka menunjukkan sejauh mana mereka dapat menggunakan ICT untuk
berkomunikasi secara efektif. Dan mereka mengintegrasikan ICT alami ke
aktivitas pembelajaran kelas
Di
sisi lain, e-portofolio juga memiliki kelemahan, yaitu: e-portofolio sangat
memakan waktu, baik bagi siswa untuk mengkompilasi dan lebih khusus untuk
instruktur untuk menavigasi dan menilai, serta memberikan kesempatan untuk
tampilan atau presentasi, Tidak
semua orang mampu/dapat menguasai ICT, Biaya penggunaan jasa internet
masih mahal, dan Jangkaun akses internet belum sepenuhnya dapat diakses di
seluruh daerah di Indonesia khususnya di daerah pedesaan/terpencil.
6.
Manfaat E-Portofolio Dalam
Dunia Pendidikan
Manfaat
e-portofolio biasanya berasal dari pertukaran ide dan umpan balik antara
penulis dan orang-orang yang melihat dan berinteraksi dengan e-portofolio.
Selain itu, refleksi pribadi penulis pada karya insidean e-portofolio membantu
menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.
Dalam hal ini siswa dimudahkan oleh
kemajuan teknologi. E-portfolio adalah software yang memberikan kemudahan bagi
siswa untuk dapat mengumpulkan tugas, makalah, ataupun project lain dalam
bentuk video, gambar, multimedia dll. Siswa dapat mengumpulkan setiap tugas
yang diberikan oleh pengajar tanpa harus bertatap muka dengan pengajar.
Manfaat E-portofolio lainnya yaitu :
a. Sebagai program perencanaan
pendidikan
b. Sebagai pengetahuan tentang
pengolahan dokumen dalam pembelajaran
c. Mengembangkan dan melaksanakan jalur
karir.
d. Untuk evaluasi kinerja
e. Catatan pengembangan di dalam
program
BAB III
PENTUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran
e-learning adalah belajar dengan menggunakan konsep TIK, yang melingkupi
dimensi komunikasi (Komunikasi melalui internet dalam hal komunikasi
dengan orang lain dapat dipahamis ebagai sebuah kesatuan)
dan dimensi konten (dimensi konten/materi untuk pengajaran di internet
mungkin juga dapat dipahami sebagai sebuah urutan dalam proses e-learning).
Sedangkan dasar dalam kategori E-learning adalah E-resources,
Pembelajaran online (online courses), Blended learning, dan Communities of
practice
Assesment merupakan tahap pengumpulan data tentang
perkembangan dan belajar peserta didik, menentukan kebermaknaan tujuan program,
memadukan informasi ke dalam perencanaan program, dan mengkomunikasikan temuan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Assesment pada abad ke-21 lebih
menekankan pada assesment elektronik, seperti e-porrtofolio, hal ini
dimaksudkan untuk menyesuaikan perubahan metode belajar yang berbasis TIK.
Demikian pua dengan gaya belajar, metode belajar, dan penilaian belajar sudah
mengalami perubahan ke arah yang lebih canggi. Tentu perkembangan ICT tersebut
menuntuk generasi untuk lebih terampil berteknologi.
B.
Saran
Menurut kami, keterampilan
TIK di Indonesia Masih Perlu ditingkatkan, jadi sebaiknya pendidikan berperan
aktif dalam meningkatkan hal tersebut, demi terciptanya pembelajaran elektronik
yang bersifat mendidik.
DAFTRA PUSTAKA
http://agustianingsihsiwi.blogspot.com/2013/06/teori-assesment.html. diakses
Selasa 27 Januari. 13.00 WIB.
https://herdisaksul.wordpress.com/2008/06/09/assement-elearning/diakses
Senin 26 Januari 2015. 22.00 WIB
Unesco
Bangkok Asia And Pacific Regional Bureau For Education e-book. “ICT transforming educatioanal a regional
Guide”hal.38
http://hsuryanto3.blogspot.com/2013/07/tugas-strategi-kognitif.html. diakses
Selasa 27 januari. 08.15 WIB
[1] Unesco Bangkok Asia And Pacific
Regional Bureau For Education e-book. “ICT
transforming educatioanal a regional Guide”hal.38
[2] http://hsuryanto3.blogspot.com/2013/07/tugas-strategi-kognitif.html.
diakses Selasa 27 januari. 08.15 WIB.
[3] Unesco Bangkok Asia And Pacific
Regional Bureau For Education e-book. “ICT
transforming educatioanal a regional Guide” ha.38
[6] http://agustianingsihsiwi.blogspot.com/2013/06/teori-assesment.html.
diakses Selasa 27 Januari. 13.00 WIB.
[8] Unesco Bangkok Asia And Pacific
Regional Bureau For Education e-book. “ICT
transforming educatioanal a regional Guide” hal.46.
[9] Ibid. hal.46-47
[10] Ibid.hal.48