TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) telah membawa arus perubahan besar dalam
kehidupan manusia. Pesatnya perkembangan TIK di era globalisasi dalam dua
dasawarsa terakhir, telah mengubah cara pandang dan pola pikir masyarakat dunia
yang menuntut adanya percepatan dan efisiensi kerja. Penemuan-penemuan mutakhir
di bidang ilmu pengetahuan modern dan inovasi teknologi
telekomunikasi-informasi, telah membentuk individu-individu menjadi masyarakat
informasi dan berbasis pengetahuan.
Pendidikan merupakan motor penggerak
perubahan potensi diri masyarakat berkembang menuju masyarakat maju, untuk itu
pendidikan harus mampu melakukan penyesuaian dengan langkah ilmu pengetahuan
modern dan inovasi teknologi agar tetap relevan dengan perubahan zaman.
Kemampuan teknologi informasi dan komunikasi memenuhi kebutuhan sektor
kehidupan manusia, memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam dunia
pendidikan.
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi inovasi penyelenggaraan
pendidikan di berbagai negara. Sejumlah negara telah melakukan penyempurnaan
penerapan TIK dalam perencanaan maupun penyelenggaraan pendidikan nasionalnya.
Bangsa Indonesia sebagai negara yang tengah membangun untuk menjadi negara
maju, terlibat secara aktif merespon dan melakukan langkah konstruktif dalam
memberdayakan TIK di bidang pendidikan.
Pemanfaatan TIK
dalam bidang pendidikan didasarkan pada
berbagai kajian dan pengalaman negara maju yang lebih dahulu menerapkan TIK,
dan telah menunjukkan hasil bahwa pendidikan dapat memberi manfaat yang luas
bagi kehidupan suatu bangsa.
PBB melalui
badan yang menangani bidang pendidikan yaitu UNESCO, merekomendasikan empat
pilar dalam bidang pendidikan, yaitu; (1) Learning
to know (belajar untuk mengetahui), (2) Learning
to do (belajar untuk melakukan atau mengerjakan), (3) Learning to live to gether (belajar untuk hidup bersama), (4) Learning to be (belajar untuk
menjadi/mengembangkan diri sendiri).[1]
Sementara tantangan pendidikan abad 21, menurut PBB adalah membangun masyarakat
berpengetahuan (knownedge-based society)
yang memiliki: (1) Keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy
skills), (2) Keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), (3)
keterampilan memecahkan masalah (problem-solving skills), (4) Keterampilan
berkomunikasi efektif
(effective communication skills), dan (5) keterampilan bekerja sama secara
kolaboratif (collaborative skills).[2]
Pemerintah Republik Indonesia telah menjalankan berbagai
program pengembangan TIK di bidang pendidikan, dimulai pads tahun 1999 melalui
program Jaringan Internet (Jarnet), yang selanjutnya secara berturut-turut
dikembangkan program Jaringan Informasi Sekolah (JIS), Wide Area Network (WAN)
Kota, Information and Communication Technology Center (/CT Center), Jejaring
Pendidikan Nasional (Jardiknas), dan untuk ke depan akan dikembangkan South
East Asia Education Network (SEA EduNet)[3]
Upaya tersebut diselenggaran sebagai bentuk penyesuaian terhadap kondisi dan
kemampuan dari sistem pendidikan nasional yang telah dikembangkan.
Penerapan TIK
dalam pendidikan berakibat pada perubahan budaya belajar dalam kontek
pembelajarannya. Setidaknya ada empat komponen penting dalam membangun budaya
belajar berbasis TIK di sekolah. Pertama, peserta didik dituntut belajar secara
mandiri dengan berbagai pendekatan yang sesuai sehingga mampu mengarahkan,
memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru secara
optimal mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi
pembelajaran, memberi pemahaman yang benar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam
pembelajaran. Ketiga, tersedianya infrastruktur yang mendukung pembelaiaran
berbasis TIK, Keempat, administrator serta manajemen yang kreatif dalam
menyiapkan infrastrukur maupun memfasilitasi pembelajaran.
Pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan
upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan perubahan zaman dan era
globalisasi, sehingga sumber daya dan potensi masyarakat perlu dipersiapkan
dengan cara pengembangan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan dan harapan
bangsa. Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana,
terarah dan berkesinambungan.[4]
Pembelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi di sekolah diberikan sebagai dasar dalam
memadukan kedua unsur teknologi Informasi dan teknologi komunikasi menjadi
Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan tujuan siswa memiliki keahlian dalam
memanfaatkan TIK sebagai perangkat keras dan perangkat lunak untuk mengolah,
menganalisis dan mentransmisikan data agar pencapaian-hasil belajar menjadi
optimal. Di samping itu juga siswa dipersiapkan agar mudah beradaptasi apabila
terjun langsung ke dunia kerja nantinya.
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang
di atas dapat disimpulkan rumusan masah sebagai berikut:
1.
Apakah
yang dimaksud dengan TIK ?
2.
Bagaimana
perkembangan TIK di Masyarakat ?
3.
Bagaimana
dampak TIK terhadap sekolah dan proses pembelajarannya ?
4.
Bagaimana
pertumbuhan informasi dan pengetahuan digital ?
5.
Bagaimana
hubungan TIK dengan dunia kerja ?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Dapat
memahami apa yang dimaksud dengan TIK
2.
Dapat
mengetahui perkembangan TIK di Masyarakat
3.
Mengetahui
dampak TIK terhadap sekolah dan proses pembelajarannya
4.
Mengetahui
pertumbuhan informasi dan pengetahuan digital
5.
Mengetahui
hubungan TIK dengan dunia kerja
BAB II
PEMBAHASAN
I. TIK
dan Kita
A. Pengertian
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)
Teknologi
berasal dari kata Yunani yaitu perpaduan kata tekhne yang berarti seni atau keahlian, dan logia yang berarti wilayah studi atau ilmu. Sehingga gabungan kata tekhnologia dapat diartikan sebagai ilmu
tentang seni dan keahlian. Kata teknologi juga berasal dari kata latin yaitu texere yang berarti “membangun atau
mendirikan”.[5]
Sementara Everett M.Roggers dalam communication
Technology menyatakan bahwa teknologi biasanya memiliki dua aspek, yaitu
perangkat keras (objek materi dan sifatnya), dan asepek perangkat lunak (dasar
informasi untuk menggerakan perangkat keras itu). [6]
Manurut Finn,
teknologi mencakup proses, sistem, pengelolaan, dan mekanisme control, baik
yang menyangkut manusia maupun bukan manusia, dan lebih dari itu adalah
merupakan suatu cara memandang permasalahan ditinjau dari sudut kepentingan,
kesulitan, kelayakan teknis pemecahannya, dan nilai ekonomi. Secara sederhana
AECT mendefinisikan teknologi sebagai perpaduan yang kompleks dari organisasi
manusia dan mesin, ide, prosedur dan pengelolaan. [7]
Teknologi dalam informasi dan komunikasi diartikan oleh
Munir terkait atas dua komponen, yaitu : (1) Teknologi informasi menekankan
pada pelaksanaandan pemrosesan data seperti menangkap, mentranmsisikan,
menyimpan, mengambil, memanipulasi atau menampilkan data dengan menggunakan
perangkat-perangkat teknologi elektronik terutama komputer. Makna teknologi
informasi tersebut belum menggambarkan secara langsung keterkaitannya dengan
komunikasi, namun lebih pada pengolahan data dan informasi. Sedangkan (2)
Teknologi komunikasi menekankan pada penggunaan perangkat teknologi elektronika
dan lebih menekankan pada aspek ketercapaian tujuan dalam proses komunikasi,
sehingga data dan informasi yang diolah dengan teknologi informasi harus
memenuhi criteria komunikasi yang efektif.[8]
Teknologi komunikasi oleh Rogers yang dikutip Edwi Arief
Sosiawan, diartikan sebagai perangkat keras, struktur-struktur organisasional
dan nilai-nilai sosial yang memungkinkan individu atau khalayak mengumpulkan,
memproses dan saling mempertukarkan informasi dengan individu atau khalayak
lain.[9]
Martin dan
Munir mengemukakan adanya keterkaitan antara teknlogi informasi dan komunikasi,
bahwa teknolgi lebih pada sisetm pengolahan informasi sedangkan teknologi
komunikasi berfungsi untuk mengrimkan informasi. [10]
Teknologi
Informasi dan Komunikasi mewakili segala bentuk teknologi yang memampukan kita
untuk menerima informasi dan berkomunikasi ataupun bertukar informasi dengan
orang lain. Segala jenis alat elektronik dan semua yang menggunakan jaringan
termasuk ke dalam TIK. Bisa dikatakan definisi TIK itu plural.
Sebagai kesimpulan, TIK adalah suatu istilah yang yang mengikutsertakan segala
bentuk alat elektronik, alat-alat yang berguna untuk mengumpulkan, merekam dan
menyimpan informasi dan berfungsi untuk bertukar dan mendistribusikan informasi
kepada orang lain. [11]
Dari penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa teknlogi informasi dan komunikasi adalah
gabungan antara teknologi informasi dan komunikasi, termasuk juga segala bentuk
peralatan dan system yang terhubung dengan elketronika, dengan tujuan membantu
aktivitas manusia sebagai sarana untuk memperoleh, memproses, mengurus,
memanipulasi, menyimpan dan menyebarkan informasi.
B. Perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi di Masyarakat
Dulu
sekali ketika komputer mulai memasuki dunia sekolah di tahun 1970an, begitu
juga alat-alat yang disebut disket, printer dan kamera digital pertama, maka
mulai maraklah istilah IT (Information Technology). Istilah ini
menjelaskan tentang segala hal yang berbau komputer. Setelah itu, kita tiba
pada zaman dimana internet mulai berkembang bersamaan dengan jaringan komputer,
serta email dan mesin pencari
informasi, istilah IT tadi berubah
menjadi ICT (Information and Communication Technology), atau dalam bahas
Indonesia disebut sebagai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)[12].
C. Dampak
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap sekolah, pengajaran dan
Pembelajaran
Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa kemunculan komputer pertama kali telah membawa perubahan
yang signifikan di segala bidang hidup manusia, bahkan institusi seperti
sekolah dan perguruan tinggi mengalami perubahan. Para pelaku pendidikan
mengalami perubahan peran, seperti yang dijelaskan oleh Jonathan Anderson
(2010, 15) bahwa guru dan siswa mengalami perubahan peran.
Perubahan
Peran Guru
|
|
Berubah
Dari
|
Menuju
|
Transmiter ilmu, sumber primer informasi
|
Fasilitator pembelajaran, kolaborator, dan pelatih.
|
Guru mengontrol dan memandu segala aspek pembelajaran.
|
Guru memberi sisa lebih banyak pilihan dan tanggung
jawab terhadap prose belajar mereka.
|
Tabel
1. Perubahan Peran Guru
Perubahan
Peran Siswa
|
|
Berubah
Dari
|
Menuju
|
Penerima informasi pasif
|
Partisipan aktif dalam proses pembelajaran
|
Mereproduksi informasi yang diberikan.
|
Menghasilkan pengetahuan.
|
Belajar dalam kegiatan yang terisolasi (individual)
|
Belajar secara kolaboratif dengan siswa lain.
|
Tabel
2. Perubahan Peran Siswa
TIK telah
dimanfaatkan dalam dunia pendidikan , mulai dari penemuan kertas, radio, film, televisi,
overhead projector (OHP) dan komputer baik dalam bentuk computer assieted instruction (CAI), computer based instruction (CBI) maupun e learning telah membantu pengembangan proses pendidikan.
Sadiman yang
dikutip oleh Candi Alison (2009) mengungkapkan bahwa Pendayagunaan TIK dalam
dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan dari aktivitas pendidikan itu sendiri.
Teknologi Informasi dan komunikasi diyakini sebagai salah satu cara strategis
mengatasi masalah dalam pendidikan yaitu peningkatan mutu dan perluasan kesempatan
belajar. [13]
sedangkan perkembangan penggunaan TIK dalam pendidikan melalui tiga tahap,
yaitu : (1) penggunaan Audio Visual Aid (AVA) berupa alat bantu audio dan
visual di kelas untuk menyampaikan materi pembelajaran; (2) penggunaan
materi-materi berprogram sesuai dengan perangkat yang digunakan; (3) penggunaan
computer dalam pendidikan baik software
(perangkat lunak) atau hardware
(perangkat keras). [14]
Menurut Kwarta
Adimphrana pemanfaatan TIK dalam pendidikan dapat dikategorikan menjadi 4
(empat) kelompok, yaitu :
1.
TIK
sebagai gudang ilmu pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai
referensi ilmu pengetahuan terkini, manajemen pengetahuan, jaringan pakar
beragam bidang ilmu, jaringan antar institusi pendidikan, pusat pengembangan
materi ajar, wahana pengembangan kurikulum, dan komunitas perbandingan standar
kompetensi.
2.
TIK
sebagai alat bantu pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya
ada fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan
sehari-hari di dalam proses belajar mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu
guru yang meliputi : animasi peristiwa, alat uji siswa, sumber referensi ajar,
evaluasi kinerja, alat peraga visual dan media komunikasi antar guru. Kemudian
(2) TIK sebagai alat bantu interaksi guru-siswa yang meliputi : komunikasi guru-siswa,
kolaborasi kelompok studi dan manajemen kelas terpadu. Sedangkan (3) TIK
sebagai alat bantu siswa meliputi: buku interaktif, belajar mandiri, latihan
soal, media ilustrasi, dan media komunikasi antar siswa.
3.
TIK
sebagai fasilitas pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan
sebagai : perpustakaan elektronik, kelas virtual, aplikasi multimedia, kelas
jarak jauh, pojok internet dan komunikasi kolaborasi kooperasi (internet
sekolah).
4.
TIK
sebagai infratruktur pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK mendukung secara
teknis dan aplikatif untuk pembelajaran baik dalam skala menengah maupun luas
yang meliputi : bahasa pemrogaraman, system basis data, computer personal,
alat-alat digital, system jaringan dan
komunikasi data, serta infrastruktur teknologi informasi. [15]
Penerapan TIK di sekolah
Munir
berpendapat bahwa pembelajaran, termasuk di dalamnya pembelajaran berbasis TIK,
pada dasarnya bukan hanya menyampaikan informasi atau pengetahuan saja,
melainkan mengkondisikan peserta didik untuk belajar, karena tujuan utama
pembelajaran adalah peserta didik. [16]
Pendekatan yang
dikembangkan UNESCO dalam pembelajaran merumuskan tahapan-tahapan dalam
kegiatan antara pendidik dengan peserta didik, yaitu :
1.
Tahap
pertama, guru dan siswa baru mencoba menemukan dan mengenali fungsi dan
kegunaan perangkat TIK. Tahap ini berkaitan dengan tahap emerging, yang menekankan pada kemelekan TIK (ICT) literacy dan
keterampilan dasar
2.
Tahap
kedua, belajar bagaimana menggunakan perangkat TIK, menekankan pada bagaimana
memanfaatkan perangkat-perangkat TIK tersebut dalam berbagai disiplin. Tahap
ini meliputi penggunaan aplikasi umum dan khusus TIK, dan berkaitan dengan
tahap applying.
3.
Tahap
ketiga, mengacu pada pemahaman bagaimana dan kapan menggunakan perangkat TIK
untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Ini
menekankan kepada kemampuan membaca situasi kapan TIK dapat membantu, memilih
perangkat yang sesuai dengan tugas tertentu, dan menggunakan perangkat ini
untuk memecahkan masalah yang sebenarnya.
4.
Tahap
keempat mengacu pada bagaimana menjadi ahli dalam penggunaan perangkat TIK.
Pada tahap ini, siswa mempelajari TIK sebagai mata pelajaran yang membawa mereka
menjad ahli. [17]
D. Revolusi
Ke-empat
Menurut Anderson (2010, 16), dunia telah mengalami beberapa kali revolusi.
Revolusi pertama dimulai ketika manusia menemukan bahasa tertulis yang
memungkinkan manusia untuk menyimpan pemikiran mereka dalam bentuk tertulis.
Memasuki abad ke 15, terjadi revolusi kedua, yaitu ketika untuk pertama kali
mesin cetak ditemukan. Penemuan mesin cetak membuat segala sesuatu yang dulu
ditulis manual dengan tangan dapat diperbanyak dan dibagikan secara lebih luas
lagi.
Revolusi
ketiga diyakini adalah ketika komputer mulai memasuki peradaban manusia yang
membawa kita terhadap pengenalan istilah TIK. Bagaimana dengan revolusi
keempat? Munculnya berbagai layanan online
seperti wikipedia, google, skype, facebook, twitter dan lainnya membuat
pengetahuan faktual bisa didapatkan dengan begitu mudah. Dalam pembelajaran,
siswa dapat dengan mudahnya mencari informasi bahkan muncullah istilah baru
speri m-learning (mobile learning) yaitu belajar melalui smart phone dan u-learning (ubiquitous
learning) belajar dimana saja dengan menggunakan teknologi apa saja. Apakah
kita sudah siap dengan gencarnya terjangan TIK?
II.
KELAS TANPA BATAS
A. Pertumbuhan
Informasi dan Pengetahuan Digital
Sebuah
penelitian (IDC, 2008) yang dikutip oleh Anderson (2010, 19), memprediksi jika
pada tahun 2011 informasi di dunia digital akan berlipat ganda ukurannya hingga
sepuluh kali lipat dibandingkan dengan tahun 2006. Para ahli memperkirakan 24 juta blog dipos setiap hari dan lebih dari
sejuta lagu dibagikan melalui internet. Youtube adalah salah satu situs yang
hanya dalam hitungan tahun berkembang sangat pesat.
Begitu
juga dengan pengetahuan, pengetahuan juga berkembang secara radikal di dunia
digital. Resta dan patru (2010) dalam Anderson (2010, 19) memperkirakan bahwa
lebih dari 7000 artikel teknis dipublikasikan setiap hari. Kimiawan
memperkirakan jumlah subtansi meningkat dari bebrapa ratus jenis di tahun 1800
menjadi 25 juta jenis saat ini..
B. Digital
Divide and Digital Inclusion
Yang dimaksud dengan
digital divide adalah gap yang
terjadi antara kelompok yang dapat mengakses internet dengan mudah dan kelompok
lainnya yang tidak dapat mengakses internet. Seperti yang dikatakan Anderson
(2010, 21) bahwa gap ini terjadi
karena adanya perbedaan kemampuan secara ekonomi ataupun kurang tersedianya
infrastruktur yang dapat memfasilitasi akses internet. Hal ini sama seperti
yang disarikan oleh Kemenkominfo RI bahwa akses dan melek teknologi sangat
dipengaruhi oleh infrastruktur.
Untuk
itu UNESCO memandang penting untuk memulai sebuah program yang dapat mengcounter fenomena ini dengan program Technology Inclusion, yang dimaksudkan
dengan technology inclusion adalah
ketika beberapa pihak yang memilki otoritas seperti pemerintah dapat proaktif
memfasilitasi kelompok di daerah-daerah tertentu yang mengalami kesulitan
mengakses teknologi, contohnya dengan memberikan komputer, menyediakan jaringan
internet dan fasilitas lainnya.
C. TIK
dan Dunia Kerja
TIK
secara dramatis telah mengubah segala hal, termasuk dunia kerja. Ketika
beberapa tahun yang lalu saya mengunjungi sebuah mall di daerah temapt tinggal
saya, saya terkagum sekaligus prihatin dengan teknologi canggih di arena parkir
mobil mall tersebut. Jika dulu, masih ada pekerja yang akan memberikan kertas
parkir ketika mobil akan masuk dan parkir di parkiran tersebut. Namun beberapa
tahun yang lalu, pekerja itu sudah digantikan dengan mesin yang dapat ditekan
tombol tertentu dan mengeluarkan kertas parkir secara otomatis. Apa yang
dibuktikan oleh situasi ini adalah pada suatu titik tertentu, teknologi dapat
menggantikan manusia mengerjakan tugas-tugas tertentu.
Menurut
Anderson (2010, 21), tugas-tugas bersifat pengulangan yang dulu masih
dikerjakan manusia kini dengan program tertentu dapat diambil alih tanggung
jawabnya oleh teknologi. Sehingga manusia yang hanya memiliki satu keahlian
bisa tergerus eksistensinya oleh teknologi.
Ditambahkan
lagi oleh Anderson bahwa pekerjaan yang dulu bisa terhilang karena adanya
teknologi dan memunculkan pekerjaan-pekerjaan baru yang sebelumnya tidak pernah
terpikirkan manusia akan ada pada saat ini. Sebut saja web designer, programmer,
dan lain-lain.
Dikatakan
Anderson (2010, 21), masyarakat dunia harus lebih fleksibel menghadapi ini. Dia
meyakini di masa ini dan masa mendatang, kita harus mulai memperlengkapi diri
dengan berbagai keahlian (multi-skilled).
D. Respon Pemerintah Terhadap Perubahan Dunia Kerja
Perbedaan kemampuan ekonomi dan
tersedianya infrastruktur di berbagi negara Asia Pasifik telah menyadarkan
pemerintah akan peran TIK yang mau tidak mau harus dikembangkan di setiap
negara, karena pada faktanya teknologi telah merubah situasi dan eksistensi
dunia kerja di berbagai negara. Negara yang masih dalam level berkembang pun
harus terus beradaptasi dengan teknologi jika ingin tetap mampu berjalan
beriringan bahkan berlomba dengan negara-negara lebih maju dan yang telah maju.
Anderson (2010, 21) menyebutkan bahwa beberapa negara di Asia Pasifik, seperti
malaysia telah mengeluarkan kebijakan yang dikutip oleh Anderson (2010, 21)
dalam ICT for Development (2002, 1):
... Malaysia recognises that the transformation of its
education system is fundamental to achieving its objectives. The Ministry of
Education, with the participation of nongovernmental agencies, is focusing on
the development of new media for use as educational, organisational and
partnership-building tools, and as a means for bridging the country’s digital
divide and empowering learners. Due to its belief that ICT can revolutionise
education and learning, the Ministry plans to integrate ICT into education on a
fundamental level, incorporating systems to facilitate management, information
gathering, access, and various forms of communication.
Dikatakan bahwa
malaysia telah mengenali tranformasi sistem pendidikan yang memang sangat
fundamental untuk mencapai tujuannya. Dan kementerian pendidikan malaysia
bersama-sama dengan organisasi non
pemerintah
bekerja untuk menyediakan alat dan media untuk menjembatani technolgy divide di dunia pendidikan
karena mereka meyakini bahwa TIK dapat merevolusi pendidikan dan pembelajaran.
Pemerintah berencana untuk mengintegrasikan TIK dengan pendidikan, mengkorporasikan
sistem untuk memfasilitasi manajemen, pengumpulan informasi, akses dan segal
bentuk komunikasi.
Begitu juga
dengan Australia yang telah menyadari perubahan yang dibawa oleh TIK sejak
tahun 1980an. Saat komputer mulai diperkenalkan pada pada tahun 1983, persatuan
sekolah di Australia, ommonwealth School
Commission, menetapkan kebijakan untuk memberikan pelajaran TIK kepada
seluruh siswa sekolah dasar (umur 2-12 tahun) paling tidak selama 30 menit,
secara langsung mereka diberikan kesempatan untuk melihat dan mengeksplorasi
alat-alat teknologi seperti komputer (Anderson, 2010, 22).
E. Siswa Membutuhkan Keahlian Baru
Jonathan
Anderson (2010, 27) menggambarkan dengan gamblang bagaimana negara-negara di
Asia Pasifik berbeda secara secara sosio-ekonomi sehingga muncul gap antara negara yang masih berkembang
dengan negara yang sudah berkembang. Hal ini dijelaskan dengan menganalisa
jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan indeks perkembangan negara-negara
Asia Pasifik, yang semakin menguatkan disparitas tersebut.
Sebagai sebuah fakta di Indonesia, teknologi sulit
menyebar dengan merata karena Indonesia teridir dari lebih dari 12.000 pulau
yang dihuni, 60% diantaranya adalah daerah terluar yang tidak memiliki listrik
dan koneksi telepon. Yang membuat hal menjadi sulit adalah populasi dan
tingginya tingkat kelahiran yang membuat pendidik memiliki tugas yang hampir
mustahil untuk menjangkau semua populasi yang ada. Perbandingannya adalah
jumlah guru yang hanya 2.6 juta harus mengajar anak usia sekolah yang berjumlah
45 juta jiwa.[18]
Namun bagaimanapun, dilanjutkan oleh Anderson (2010, 23),
terlepas dari kejomplangan melek teknologi yang dialami oleh negara-negara Asia
Pasifik, mau tidak mau siswa kita harus dipersiapkan untuk siap berjalan
beriringan dengan teknologi di masa depan alih-alih tertinggal dan terhilang
karena tidak mampu beradaptasi dengan teknologi yang ada. Untuk itulah
dibutuhkan keahlian-keahlian khusus yang belakangan ini marak disebut dengan
keahlian abad 21 (21st Century
Skills).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Teknologi
informasi dan komunikasi adalah gabungan antara teknologi informasi dan
komunikasi, termasuk juga segala bentuk peralatan dan system yang terhubung
dengan elketronika, dengan tujuan membantu aktivitas manusia sebagai sarana
untuk memperoleh, memproses, mengurus, memanipulasi, menyimpan dan menyebarkan
informasi.
2.
Pada
awalnya dikenal dengan istilah IT (Information Technology) yakni tentang segala
hal yang berbau komputer. Setelah itu internet mulai berkembang bersamaan
dengan jaringan komputer, serta email dan mesin pencari informasi, kemudian istilah
IT berubah menjadi ICT (Information and Communication Technology), atau
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
3.
Teknologi
Informasi dan komunikasi diyakini sebagai salah satu cara strategis mengatasi
masalah dalam pendidikan yaitu peningkatan mutu dan perluasan kesempatan
belajar. TIK bisa membuat para pelaku pendidikan mengalami perubahan peran baik
itu guru maupun siswa.
4.
Pada
tahun 2011 informasi di dunia digital akan berlipat ganda ukurannya hingga
sepuluh kali lipat dibandingkan dengan tahun 2006. Diperkirakan 24 juta blog
dipos dan 7000 artikel teknis dipublikasikan setiap hari dan lebih dari sejuta
lagu dibagikan melalui internet.
5. Tugas-tugas yang bersifat pengulangan yang dulu
masih dikerjakan manusia kini dapat diambil alih tanggung jawabnya oleh
teknologi namun disisi lain Teknologi akan memunculkan pekerjaan
baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan manusia, misalnya web designer,
programmer, dan lain-lain. Oleh karena itu Masyarakat dunia harus lebih
fleksibel menghadapi ini, Kita harus mulai memperlengkapi diri dengan berbagai
keahlian (multi-skilled).
B. Saran
1.
Bagi
pemerintah haruslah lebih proaktif dalam menunjang sarana dan prasara bagi tiap
daerah-daerah yang masih belum bisa terkoneksi dengan jaringan internet.
2.
Bagi
sekolah yang sudah mempunyai sarana TIK sebaiknya memanfaatkan secara maksimal
dalam proses pembelajaran di sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Adimprahana, Kwarta.
(2008). Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis TIK,
(www.e-dukasi.net.artikel/index.php?id=85.html)
Alison, Candi. (2009). Tesis Evaluasi Program Penerapan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional .
Jakarta: Program PascaSarjana UNJ
Anderson,
J. (2010). ICT Transforming Education; A Regional Guide. Bangkok, Thailand:
UNESCO Bangkok.
Munir. (2008). Kurikulum
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung; Penerbit
Alfabeta.
Priowirjanto, Gatot Hari, dkk. (2008). Sejarah Pengembangan Infrastruktur Teknologi lnformasi dan Komunikasi, dan Jarnet hingga Jardiknas menuju ke
South East Asian Education Network (SEAEduNet), http://khalidmustafa.wordpress.com/2008/05123/sejarah-pengenibaiigan-infrastruktur-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dad-jamet-hingga-jardiknas-menuju-ke-south-east-aS'an-education-network-
sea -edunet/).
Saptanio.
(2009). pengaruh informasi teknologi
terhadap bidang ekonomi, (http://blog.unila.ac.id/saptanio/2009/03/02/pengaruh-informasi-teknologi-terhadap-bidang-ekonomi/).
Sosiawan,
Edwi Arief. perkembangan teknologi komunikasi,
(http://edwi.dosen.upnyk.ac.id.PTK.1.05.pdf)
Tiara.
(2009). Teknologi Informasi dan
komunikasi. (http://tiarasukaungu.blogspot.com/2009/01/definisi-tik10.html).
Uwes
A. Chaeruman.
(2008). Pengembangan Rencana Pembelajaran
yang Mengintegrasikan TIK.
Jakarta:
Pusat Teknologi dan Komunikasi Departemen Pendidikan Nasional.
Daftar Pertanyaan
untuk peserta presentasi:
1.
Menurut teman-teman bagaimana cara kita sebagai pendidik
(konsultan pendidikan) menyikapi technology
divide yang terjadi di lingkungan pendidikan kita, sementara di sisi lain
kita menyadari sepenuhnya bahwa perkembangan teknologi tidak akan menunggu kita
untuk beradaptasi?
2.
Langkah-langkah apa yang harus kita tempuh sebagai
pendidik untuk membekali anak didik kita dengan keahlian abad 21?
[1] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Bandung; Penerbit Alfabeta, 2008).
[2] Uwes A. Chaeruman, Pengembangan Rencana Pembelajaran yang
Mengintegrasikan TIK (Jakarta: Pusat Teknologi dan Komunikasi Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h. 3.
[3] Gatot Hari Priowirjanto, dkk. Sejarah Pengembangan Infrastruktur
Teknologi lnf0m)8si dan Komunikasi, dan Jarnet hingga Jardiknas menuju ke South
East Asian Education Network (SEA EduNet), 2008
http://khalidmustafa.wordpress.com/2008/05123/sejarah-pengenibaiigan-infrastruktur-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dad-jamet-hingga-jardiknas-menuju-ke-south-east-aS'an-education-network-
sea -edunet/).
[4] Chaeruman, op. cit., h. 4
[5] Edwi Arief Sosiawan, perkembangan teknologi komunikasi, hal 1
(http://edwi.dosen.upnyk.ac.id.PTK.1.05.pdf)
[6] Saptanio, pengaruh informasi teknologi terhadap bidang ekonomi,h.1,
2009
(http://blog.unila.ac.id/saptanio/2009/03/02/pengaruh-informasi-teknologi-terhadap-bidang-ekonomi/).
[7] Tiara, Teknologi Informasi dan komunikasi , h. 1,2009
(http://tiarasukaungu.blogspot.com/2009/01/definisi-tik_10.html).
[8] Munir, Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi
(Bandung, penerbit Alfabeta,2008), h.16.
[9] Edwi Arief Sosiawan, kajian internet sebagai media komunikasi
interpersonal dan massa, h.1
(http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/internet/20as/20media.pdf)
[10] Ibid, Munir hal 16
[11] Jonathan Anderson, ICT
Transforming Education; A Regional Guide, (UNESCO, 2010), hal. 13.
[12] Ibid , hal. 12.
[13] Candi Alison, Tesis Evaluasi program penerapan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) di rintisan sekolah bertaraf Internasional (Jakarta: Program pascaSarjana UNJ,2009), hal
41
[14] Munir, op. cit. h.172
[15] Kwarta Adimprahana, Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis
TIK, hh.1-2, 2008
(www.e-dukasi.net.artikel/index.php?id=85.html)
[16] Munir, op.cit, hal 151
[17] Candi Alison, Tesis Evaluasi Program Penerapan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Jakarta: Program PascaSarjana UNJ,2009), hal
14
[18] Jonathan Anderson, ICT
Transforming Education; A Regional Guide, (UNESCO, 2010), hal. 24.
0 comments:
Post a Comment