BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di era 21 ini
dalam pendidikan
sudah sangat maju, di sekolah-sekolah dari sekolah dasar
sampai menengah atas sudah menerapkan pelajaran ini dengan lebih baik ditambah
adanya akses internet di sekolah-sekolah tersebut memudahkan siswa untuk
mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan yang siswa butuhkan. Proses
pembelajaran juga dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja dengan
mengandalkan jaringan internet yang sudah terpasang di sekolah-sekolah
tersebut.
Pada
bab sebelumnya kita membahas mengenai perubahan kebutuhan peserta didik abad
ke-21 yang tumbuh di dunia digital dan peserta didik memerlukan keterampilan
baru yang diperlukan saat ini, banyaknya sumber-sumber belajar yang tersedia
di internet untuk pembelajaran dan guru menerapkan bermacam alat web baru di
dalam kelas. Dalam bab ini, fokusnya adalah ICT mengubah kelas dan
pembelajaran atau praktek di sekolah di masa yang akan datang.
Kondisi
di atas sejalan dengan Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khususnya pasal 1 dinyatakan bahwa konsep pembelajaran adalah suatu interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Konsep mengenai pembelajaran di atas melahirkan suatu model
pembelajaran yang dikenal dengan pembelajaran berbasis aneka sumber.[1]
Disekolah-sekolah
dan lembaga pendidikan guru di wilayah yang telah sepenuhnya menerapkan
E-learning, melihat terus adanya perkembangan baru dalam ICT membawa perubahan
dalam penyelenggaraan pendidikan, dalam pedagogi dan pendekatan kegiatan
belajar dan mengajar di sekolah.
Dalam lingkungan E-learning saat ini, blended learning adalah bukti bahwa guru menggunakan kombinasi antara pembelajaran secara online dan pembelajaran secara tatap muka seperti yang diuraikan pada bab 9 dan 10.
Dalam lingkungan E-learning saat ini, blended learning adalah bukti bahwa guru menggunakan kombinasi antara pembelajaran secara online dan pembelajaran secara tatap muka seperti yang diuraikan pada bab 9 dan 10.
Komunikasi
antara guru dan siswa, antara siswa dan guru, dan antara siswa dan siswa adalah
perpaduan (kombinasi) pembelajaran online dan tatap muka dengan cara-cara
tertentu. Untuk pembelajaran online dalam mengakses sumber belajar maka harus
terhubung dengan provider layanan internet. Pembelajaran dengan online dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Hal ini menggambarkan lingkungan belajar
saat ini lebih baik atau lebih maju dalam pemanfaatan ICT.
Dengan semakin majunya teknologi peranan
guru juga harus diperbarui dengan menambah pengetahuan para pendidik tentang
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta bagaimana cara mengaplikasikanya
menjadi salah satu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.
- Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan
rumusan masah sebagai berikut:
1.
Perubahan
apa yang terdapat di lingkungan pembelajaran TIK?
2.
Apa
kelebihan dan kekurangan dari perubahan di lingkungan pembelajaran TIK?
3.
Bagaimana
peran guru dalam transformasi pendidikan TIK?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa saja perubahan
di lingkungan pembelajaran TIK
2. Dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari perubahan di lingkungan pembelajaran TIK
3. Dapat mengetahui bagaimana peranan
guru dalam transformasi pendidikan TIK
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Perubahan Lingkungan Belajar
Pada
bagian ini, kami menjelaskan aspek pembelajaran yang terus mengalami perubahan
dan perkembangan baru dalam pemanfaatan ICT dan mengubah paradigma praktek
pedagogi, sehingga kita dapat mengubah kegiatan kelas dan praktek di sekolah.
A.
Pembelajaran Interaktif
Dengan Papan Tulis Interaktif
Papan tulis interaktif telah menjadi fitur standar di kelas sejak
tahun 1801. Kemudian papan tulis yang awalnya menggunakan kapur beralih ke
spidol. Dan kedepannya akan lebih di kenal dengan ruang kelas yang menginstal
papan tulis interkatif, yang terhubung ke komputer dan proyektor dalam
pembelajaran.
Dengan papan tulis interaktif
memungkinkan siswa di ruang kelas untuk melihat apa yang muncul di layar
komputer untuk juga muncul di papan tulis interaktif (interactive whiteboard)
dan memungkinkan siswa untuk melihat tampilan pada papan interaktif tersebut
apa saja yang berjalan pada komputer yang telah terhubung. Baik guru dan siswa
juga dapat berinteraksi dengan papan tersebut dengan menyentuhkan jari
mereka atau dengan pena elektronik agar dapat berinteraksi dengan papan tulis
tersebut. Siswa dapat menyentuh, memasangkan gambar dengan kata atau memberikan
warna pada objek yang muncul di papan tulis.

Gambar. 11.3
Papan tulis interaktif dapat berdiri
bebas seperti yang ditunjukkan pada gambar 11.3 atau dipasang ke dinding.[2]
Di
Indonesia papan tulis interaktif ini belum banyak di pakai, hanya di
sekolah-sekolah international yang sudah menggunakan papan tulis ini, papan
tulis ini memudahkan siswa dalam berinteraksi dan menciptkan suasana belajar
yang menyenangkan, papan tulis ini cocok digunakan dalam pembelajaran di
tingkatan sekolah dasar.
B.
Kunjungan Virtual
Mungkin sebagai siswa telah berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan kunjungan sekolah. Hal ini sangat umum bagi banyak sekolah, perguruan tinggi, dan universitas untuk mengadakan suatu kunjungan atau studi lapangan dengan mengunjungi taman nasional, pabrik,museum dan tempat-tempat lokal lain yang menarik dan memiliki nilai edukasi. Biasanya adanya kegiatan kunjungan dalam program pembelajaran.[3]
Adanya kegiatan kunjungan seperti di gambarkan di atas biasa diadakan di sekolah dasar untuk menunjang pengetahuan siswa-siswanya dalam mata pelajaran IPS atau IPA, dengan dibimbing oleh guru mereka masing-masing mereka mengamati semua yang dipamerkan di dalam museum, pabrik, atau tempat-tempat yang memiliki nilai edukasi.
Sekarang dengan adanya ICT para siswa dapat mengunjungi langsung atau studi lapangan secara langsung untuk mengunjungi situs yang sebenarnya atau mengenai masa lampau, mengeksplorasi hal-hal baru atau mencari tahu hal-hal yang terjadi di masa lalu seperti melihat fosil dan artefak, semua itu dilakukan tanpa harus meninggalkan kelas, melalui kunjungan virtual atau kunjungan wisata, yang digunakan untuk menggambarkan pengalaman belajar online mengenai kunjungan ke tempat-tempat yang berbeda atau periode waktu yang berbeda.[4]
Dengan adanya ICT siswa sangat mudah melakukan penelitian atau kunjungan ke museum atau ke tempat-tempat yang memiliki nilai edukasi tanpa berpindah dari kelas mereka, disinilah terlihat keunggulan teknologi yang sudah semakin maju dalam pendidikan, guru hanya memberikan instruksi kepada siswanya untuk mencari tempat mana yang akan di jadikan objek kunjungan atau penelitian, dan guru juga bisa memberika perintah untuk membuat resume/ laporan di hari yang sama, tidak memerlukan waktu yang lama siswa sudah banyak mendapatkan informasi dari situs yang mereka akses.
Siswa mengumpulkan informasi dan melaporkan hasil temuannya melalui alat elektronik berupa teks atau pun gambar. Kadang-kadang penjelajahan dan penyelidikan secara nyata melalui komputer dibantu/diperantarai secara langsung dengan audioconferensi atau video konferensi, fasilitas-fasilitas ini membantu para siswa dalam satu lokasi untuk bertemu dan berdiskusi dengan orang lain di tempat berbeda bahkan di lokasi terpencil.[5]
Ada beberapa contoh fasilitas-fasilitas baru dalam ICT untuk bertemu dan berdiskusi dengan orang lain di tempat yang berbeda, contohnya adalah :
v Videoconferencing
Videoconferencing adalah penggunaan perangkat keras komputer dan perangkat lunak untuk memungkinkan individu di lokasi yang terpisah untuk melihat dan mendengar satu sama lain seperti dalam konferensi pengaturan..Suatu bentuk videoconference, kadang-kadang disebut Desktop conferencing , bisa dilakukan dengan menggunakan webcam dan PC dengan software seperti Skype.[6]
Kegiatan di atas digunakan dalam pembelajaran E-Learning jadi siswa bukan hanya melihat atau mendapatkan informasi saja, tetapi dengan videoferencing siswa dapat berinteraksi dengan guru atau orang lain di tempat yang berbeda dengan menggunakan komputer yang dihubungkan dengan link konferensi video internet.
Untuk contoh lebih lanjut dari cara-cara yang pendidik yang membawa dunia ke dalam mereka ruang kelas , snapshot daerah berikutnya membawa kita ke sebuah sekolah dasar di Sydney . Kami mencari tahu bagaimana sekolah menggunakan link konferensi video internet untuk pergi pada perjalanan virtual ke National Aeronautics and Space Administration ( NASA ) kantor pusat di Houston , Texas.[7]
v Videoconference dan Kunjungan Virtual
Sebagai videoconference memiliki sekolah dan ruang kelas dari abad ke-21, kesempatan unik untuk pengalaman belajar baru , yang sebelumnya di luar jangkauan , telah tiba .siswa sekarang dapat berpartisipasi dalam kunjungan lapangan atau kunjungan ke sudut jauh dari dunia ,mengalami interaksi real time dengan kelompok-kelompok ahli di bidang pengetahuan yang unik dan baru.[8]
Videoconference dan kunjungan virtual menggabungkan dalam suatu kesempatan dan satu waktu bisa melihat atau mengunjungi tempat-tempat yang kita tuju, kita bisa berinteraksi dengan orang lain di tempat yang kita ingin kunjungi, melihat dan siswa mendapatkan informasi langsung dari petugas yang berada di tempat yang kita kunjungi melalui komputer dengan difasilitasi internet.
Pengalaman ini terjadi tanpa siswa harus meninggalkan rumah mereka, sekolah, atau bahkan kelas mereka melalui " kunjungan virtual" .
Kunjungan Virtual melibatkan siswa mengunjungi lokasi melalui link internet menggunakan sistem videoconferencing dan menjadi semakin tersedia di lokasi utama kepentingan di seluruh dunia. Beberapa tujuan penggunaan tehnologi ini di sekolah adalah :
· Membantu mendemonstrasi geografi bahkan acapkali lokasi yang terisolasi, sekolah dan guru menyediakan pengalaman aktivitas pendidikan.
· Memfasilitasi pengajaran yang sebelumnya dibatasi jarak dan waktu
· Menghubungkan komunitas belajar dengan kegiatan-kegiatan, aktivitas-aktivitas, tempat-tempat.[9]
Siswa dari kelas 4 di Randwick Public School di Sydney , New South Wales , pergi pada tamasya virtual untuk kantor pusat NASA di Houston , Texas . Mahasiswa mampu berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang sangat menarik termasuk eksperimen simulasi efek gravitasi berkurang di bawah pengawasan anggota dari program luar angkasa melalui link video. Ini adalah salah satu dari serangkaian program pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh NASA dan bertujuan untuk memberikan pendidikan pengalaman bagi siswa dari berbagai macam usia .
C.
M-learning and U-learning
Pembelajaran
berbasis mobile memungkinkan teknologi sebagai karakter lingkungan
pembelajaran nirkabel adalah membawa perangkat komunikasi baru yang lebih luas
diterima dan lebih cepat dari pada PC. Perangkat ini lebih populer. Ia muncul
menawarkan potensi dalam pendidikan. Alat atau perangkat baru tersebut adalah
mobile atau telepon selular.
Pembelajaran
mobile, atau kependekan dari m-learning adalah penambahan terminologi yang
ditemui di lingkaran pendidikan. Pendidikan, pengajaran dan tutorial di
lingkungan mobile, O Malley dan teman kerjanya (2003) mendefinisikan m-learning
sebagai pembelajaran yang mengambil tempat melalui perangkat nirkabel seperti
telepon selular, asisten digital personal (PDAs) atau leptop komputer.[10]
Perangkat
baru seperti Ipad menambah panjang perangkat yang bisa akses e-learning.
Perluasan definisi mobile learning oleh O’Malley dan koleganya
mendefinisikan perangkat baru yang serupa tersebut sebagai bermacam
pembelajaran yang terjadi ketika pembelajar tidak tetap, belum ditentukan
lokasinya atau pembelajaran yang terjadi ketika pembelajar mengambil keuntungan
dari kesempatan belajar yang ditawarkan oleh teknologi selular.[11]
M-learning
meluaskan bidang menjadi e-learning. Mobilitas disediakan oleh tangan,
perangkat mesin yang mudah dibawa (portable) seperti ponsel pintar dan
teknologi selular lainnya menghilangkan batas-batas pembelajaran.

Kemajuan ini untuk para pembelajar
memberikan kesempatan belajar dimana-mana (ubiquitous learning atau u-learning)
dimana kesempatan belajar diperluas lebih jauh. Berikut gambaran bagaimana
institusi pendidikan di garis terdepan dalam bidang pendidikan, melakukan
inovasi dalam bidang ICT, mengekplorasi penggunaan perangkat mobile kepada
siswanya.
Gambaran datang dari KNOU, republik
Korea. Dari Desember 2008 KNOU menginisiatifkan sistem pembelajaran mobile
dibawah pengawasan dengan perusahaan komunikasi Korea, KT. M-learning adalah
ide yang memfasilitasi pembelajaran kepada orang yang benar, di waktu yang
benar, tempat yang benar menggunakan perangkat elektronik portabel.[12]
Di masa depan m-learning akan
menjadi bagian dari pembelajaran jarak jauh untuk pembelajaran sepanjang hayat
dan pembelajaran mandiri. KNOU menyediakan siswa pembelajaran jarak jauh
melalui broadcasting atau ICT lainnya.
Teknologi mobile dan internet
merupakan potensial dalam mengenalkan inovasi baru pendidikan. Di KNOU, m-learning
meluas ke seluruh departemen di dalam universitas gambaran wilayah dari korea
dan Singapore adalah bukti bahwa lingkungan belajar virtual nirkabel masa depan
yang diimajinasikan oleh Keegan di tahun 2002 telah terjadi. Tempat pembelajaran
baru telah dibuat di luar ruang kelas dan sekolah. E-learning menjadi
M-learning dan U-learning.
D.
Perubahan
Yang Diperlukan Dalam Praktek Di Kelas Dan Sekolah
Benderson dalam konteks lain berkomentar, “Guru membutuhkan
pelatihan. Membutuhkan materi yang sesuai. guru perlu mengembangkan kegiatan
yang menarik sehingga kita mendapatkan manfaat yang nyata dari kemampuan teknologi
“[13]
Studi penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa TIK
dapat membantu memperluas akses pendidikan serta meningkatkan hasil
belajar. Pada saat yang sama, penelitian tersebut menunjukkan bahwa
keberhasilan penggunaan ICT dalam pendidikan tergantung pada kemampuan guru
dalam mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran dan memanfaatkan TIK dalam
pendidikan interaktif yang berpusat pada peserta didik (UNESCO, 2007). Dari apa
yang digambarkan sebagai potret yang diambil dari berbagai daerah dan ditulis
secara khusus untuk publikasi ini. Buku panduan ini berisi banyak contoh
tentang bagaimana para guru dan pendamping guru menerapkan ICT di kelas.
Selanjutnya dapat juga dilihat contoh penerapan ICT dalam program pendidikan
guru dari kawasan Asia-Pasifik yang ada dalam dokumentasi studi kasus yang
disusun oleh UNESCO (2007). Contoh-contoh ini, dapat dilhat pada gambaran
kedua daerah dari studi kasus, tidak selalu diajukan sebagai contoh
terbaik dari praktek, melankan sebagai pesan, wawasan dalam melatih guru
berkaitan dengan pembahasan untuk mengintegrasikan ICT ke dalam pembelajaran
dan proses memanfaatkan perangkat TIK dalam pelatihan guru.
Selain itu, proyek-proyek itu memberikan informasi tentang
masalah dan hambatan yang sering dihadapi ICT dalam meningkatkan pembelajaran
guru di wilayah tersebut.. Informasi ini akan berguna untuk perencanaan
pendidikan, guru, pelatih, dan peneliti, terutama di daerah Asia-Pasifik.
(UNESCO, 2007, hal. 1)
Perubahan perilaku tersebut sebagai bukti akan perubahan
dalam kesiapan siswa untuk belajar dan keterlibatannya dalam proses pendidikan
yang berefek pada peningkatan prestasi siswa. Negara-negara dan lembaga
pendidikan membutuhkan visi yang jelas, rencana strategis, komitmen bersama
untuk mengimplementasikan ICT. Pembuat kebijakan dan praktisi pendidikan
harus fokus pada ICT sebagai alat untuk mengajar dan belajar, dan bukan hanya
alat untuk administrasi pendidikan.
Pada tingkat pendidik, pelatihan TIK harus mencakup refleksi
pada pedagogi pengajaran dan peserta harus diberi kesempatan untuk menerapkan
keterampilan yang diperoleh dalam praktik mengajar.
Pendidik harus memiliki pemahaman intuitif tentang konten
pengajaran dengan metode pedagogis dan teknologi yang tepat. Selain itu
pendidik perlu tahu persis bagaimana TIK dapat digunakan sebagai alat
pengajaran, dapat terlihat bahwa penggunaan TIK membawa perubahan dalam peran
guru.
II. Kelebihan
dan Kekurangan Perubahan Lingkungan Pembelajaran TIK
Kelebihan pembelajaran TIK menurut Elangoan
(1999), Soekartawi (2002), Mulvihil (1997), Utarini (1997) dalam Asep Herman
Suyanto 2005, antara lain tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan
siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara
regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Kedua, guru dan siswa dapat menggunakan
bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui
internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar
dipelajari. Ketiga, dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di
mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. Bila
siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Baik
guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas. Poin penting adalah bahwa peran siswa dari yang
biasanya pasif menjadi aktif.[14]
Kelebihan lain dari perubahan-perubahan yang
telah kita bahas sebelumnya adalah memudahkan siswa dalam mendapatkan informasi
sekaligus dapat berdiskusi atau berinteraksi dengan yang lain di tempat yang
berbeda, menambah pengalaman siswa dalam belajar, menambahkan minat serta
motivasi dalam pembelajaran.
Kekurangannya antara lain kurangnya interaksi
antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi
ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek komersial. Berubahnya peran guru dari yang semula
menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui
teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Kemudian, tidak semua tempat tersedia
fasilitas internet dan kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki
keterampilan internet.[15]
III. Peran
Guru Dalam Transformasi Pendidikan
Ketika
kita berbicara tentang transformasi pendidikan, berarti kita secara radikal
mengubah cara guru mengajar (digambarkan sebagai seni atau proses menanamkan
keterampilan, pengetahuan dan nilai-nilai) dan cara belajar peserta didik
(yaitu memperoleh keterampilan, pengetahuan dan nilai-nilai). Guru melalui
penggunaan TIK dapat mempengaruhi perubahan besar dalam belajar siswa.[16]
Guru adalah kunci untuk transformasi pendidikan
Karena
guru sangat penting, maka pengembangan profesi mereka itu sangat penting dalam
membawa perubahan yang akan mengubah pendidikan, bersama dengan visi jelas
dinyatakan untuk penggunaan TIK dalam pendidikan dan infrastruktur TIK yang
memadai dan dukungan. Melalui Kantor Regional untuk Pendidikan di Asia dan
Pasifik, UNESCO telah memimpin di wilayah tersebut dalam melakukan workshop,
seminar dan konferensi tentang pelatihan guru pada penggunaan TIK dan integrasi
TIK-pedagogi ( UNESCO, 2003, 2004, 2005b, 2006, 2007).
Pembelajaran
digital yang berpusat pada anak turut ‘menggeser’ peran pendidik. Di era
digital, pendidik mengawali dengan maju untuk memancing rasa ingin tahu.
Kemudian, pendidik beralih ke samping sebagai teman mengalami, dan akhirnya
mundur untuk memberi apresiasi sepenuh hati. Di bawah ini adalah perubahan dari
peran guru dalam proses pembelajaran.

Pendidik
di Vietnam didorong untuk menerapkan aplikasi TIK sebagai bagian dari metode
baru dan inovatif belajar-mengajar, peran TIK dikonseptualisasikan untuk
mendukung tranformasi pendidikan menuju masyarakat belajar kreatif. Inovasi
terletak tidak terletak dalam pengenalan dan penggunaan TIK, namun dalam
perannya sebagai kontributor menuju bentuk belajar-mengajar yang berpusat pada
siswa.
Menurut
Bukik Setiawan memberi
beberapa contoh proyek pendidikan yang mendukung pembelajaran digital. Ia
menyebutkan Akademi
Khan, sekumpulan video pendidikan yang terstruktur rapi dan berisi
kurikulum lengkap pendidikan milik Salman Khan; SOLE, lab pembelajaran di India yang
didirikan oleh Sugata
Mitra, di mana siswa bebas mengeksplorasi dan belajar dari rekannya menggunakan
sumber daya dan proses mentor dari awan (cloud); dan Takita, sebuah aplikasi media sosial untuk
menemukan dan mengembangkan bakat anak, yang merupakan hasil karya Bukik
sendiri bersama timnya.[17]
Perubahan
pendidikan tergantung pada apa yang dipikirkan dan yang dilakukan oleh
para guru sehingga perlu digaris bawahi bahwa perubahan dalam pengalaman
belajar siswa pada akhirnya tergantung guru. Banyak hambatan yang harus diatasi
untuk mewujudkan keberhasilan integrasi ICT dalam Sekolah. Ertmer (1999)
menggambarkan model sederhana dari dua jenis hambatan:
- Tidak tersedianya sumber daya seperti peralatan, pelatihan dan dukungan pada ICT. Ini adalah hambatan yang mudah diselesaikan setelah ada uang diberikan. Menurut Per-Olof Erixon, Pendidikan ICT dan pelatihan keaksaraan digital memiliki efek positif pada sikap guru terhadap profesionalisme guru. Guru yang telah mengikuti pelatihan TIK, dan terutama mereka yang menguasai internet, menunjukkan sikap yang lebih positif dan mendukung penggunaan ICT dalam pembelajaran dan manajemen sekolah.
- Sikap dan keyakinan guru untuk menggunakan ICT. Keyakinan ini berkisar isu-isu yang berkaitan dengan peran guru, metode pengajaran, gaya organisasi dan manajemen sekolah. Pengetahuan praktek Guru, didukung oleh kepercayaan, sulit untuk mengartikulasikan ICT karena mereka seringkali hanya diam-diam saja. Sebuah penentu yang sangat signifikan dari guru adalah tingkat kepercayaan dalam menggunakan teknologi. Guru yang memiliki keyakinan sedikit atau tidak menggunakan komputer dalam pekerjaan mereka akan mencoba untuk menghindari penggunaan ICT. Kurangnya kepercayaan guru ini berhubungan erat dengan jarangnya pelatihan-pelatihan ICT untuk guru, sehingga berefek pada kompetensi guru yang pada gilirannya menyebabkan kurangnya kepercayaan pada diri sendiri yang dirasakan oleh guru.[18]
Mengembangkan jaringan pembelajaran
Jenis
pengembangan profesional yang kita bicarakan dalam bagian ini tidak melalui
menghadiri kursus singkat atau lokakarya tentang TIK, menguntungkan meskipun
ini, melainkan melalui keterlibatan dengan guru lain di sekolah yang sama dan
dengan guru di sekolah tetangga dan seterusnya. Sebuah strategi yang berharga
adalah untuk mengembangkan apa yang disebut jaringan belajar atau belajar
jaringan pribadi.
Sebuah
awal yang baik, menurut Anderson dan van Weert (2002), adalah untuk bergabung
dengan sesama penggemar di sekolah Anda, untuk bertemu bersama secara informal
untuk berbicara tentang isu-isu TIK dan berbagi pengetahuan. Proses ini di mana
dua atau lebih rekan mengajar bekerja sama untuk membahas masalah, berbagi
pengalaman dan memberikan dukungan satu sama lain dengan tujuan untuk
meningkatkan pengajaran mereka sering disebut pembinaan rekan. Agak mirip
adalah peer review tapi di sini seorang guru yang lebih berpengalaman pasang
umum dengan yang lain yang membutuhkan bimbingan. Dengan mengamati ajaran
masing-masing dan mendiskusikan masalah, mentor dalam hubungan ini memberikan
umpan balik dan saran konstruktif untuk meningkatkan praktek.[19]
Sebuah
blog sering dikutip mendefinisikan JPP sebagai “seluruh koleksi orang dengan
siapa anda terlibat dan pertukaran informasi, biasanya secara online” (
Klingensmith, 2009).
Klingensmith
menjelaskan beberapa cara yang berbeda yang pendidik menggunakan JPP :
·
untuk
belajar dari konten khusus-daerah
·
untuk
menemukan sumber daya untuk kelas anda, seperti website gratis dan perangkat
lunak
·
untuk
mendapatkan ide-ide rencana pelajaran dari guru master
·
untuk
belajar tentang teknologi baru dan bagaimana mengintegrasikannya ke dalam
pengajaran Anda
·
untuk
menemukan solusi kolaboratif, dan
·
untuk
menemukan link menarik untuk berita pendidikan.
Guru
dan pendidik guru berada dalam posisi yang sama dengan kelompok-kelompok
profesional lainnya dan terus-menerus perlu memperbarui pengetahuan mereka.
Guru perlu, oleh karena itu, harus didukung atau didorong untuk mengambil
pembelajaran mereka sendiri secara sungguh-sungguh seperti yang dilakukan
murid-murid mereka. Penggunaan PJJ adalah salah satu cara untuk mencapai hal
ini .
Komunitas praktek professional
Penggunaan
TIK untuk mengembangkan jaringan pembelajaran menciptakan apa yang kemudian
dikenal sebagai praktek masyarakat setelah istilah ini diciptakan oleh
antropolog kognitif, Etienne Wenger. Menurut Wenger ( 2006), praktek masyarakat
adalah ”dibentuk oleh orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran
kolektif dalam domain bersama usaha manusia … yang berbagi minat, kerajinan,
dan atau profesi”. Dengan demikian jaringan pendidik yang terlibat untuk tujuan
melanjutkan pembelajaran mereka tentang mengintegrasikan TIK dalam pengajaran
mereka tepat digambarkan sebagai komunitas praktek atau komunitas profesional
praktek.
Pendidik
di semua tingkatan menemukan praktek masyarakat yang sangat berharga sebagai
cara untuk melanjutkan pengembangan profesional mereka. Penggunaan alat
komunikasi dan kolaborasi secara online Pendatukan masalah jarak dan isolasi.
Komunitas praktek mempromosikan bentuk kaya pembelajaran kolektif dengan
membawa guru bersama-sama dengan guru lain serta membawa guru bersama-sama
dengan pendidik guru, konsultan kurikulum dan ahli lainnya. Penggunaan TIK
untuk menciptakan komunitas profesional praktek dan dengan demikian
mempromosikan pemahaman yang lebih kaya dari potensi TIK untuk memajukan
pembelajaran adalah sarana yang kuat untuk mendukung guru dalam transformasi
pendidikan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perubahan-perubahan di lingkungan
pembelajaran TIK
·
Pembelajaran Interaktif
Dengan Papan Tulis Interaktif
Dengan
papan tulis interaktif memungkinkan siswa di ruang kelas untuk melihat apa yang
muncul di layar komputer untuk juga muncul di papan tulis interaktif (interactive
whiteboard) dan memungkinkan siswa untuk melihat tampilan pada papan
interaktif tersebut apa saja yang berjalan pada komputer yang telah terhubung.
Baik guru dan siswa juga dapat berinteraksi dengan papan tersebut dengan
menyentuhkan jari mereka atau dengan pena elektronik agar dapat berinteraksi
dengan papan tulis tersebut.
·
Kunjungan
Virtual
Sekarang dengan adanya ICT para siswa
dapat mengunjungi langsung atau studi lapangan secara langsung untuk
mengunjungi situs yang sebenarnya atau mengenai masa lampau, mengeksplorasi
hal-hal baru atau mencari tahu hal-hal yang terjadi di masa lalu seperti
melihat fosil dan artefak, semua itu dilakukan tanpa harus meninggalkan kelas,
melalui kunjungan virtual atau kunjungan wisata, yang digunakan untuk
menggambarkan pengalaman belajar online mengenai kunjungan ke tempat-tempat
yang berbeda atau periode waktu yang berbeda.
·
Videoconferencing
Videoconferencing adalah penggunaan
perangkat keras komputer dan perangkat lunak untuk memungkinkan individu di
lokasi yang terpisah untuk melihat dan mendengar satu sama lain seperti dalam
konferensi pengaturan..Suatu bentuk videoconference, kadang-kadang disebut
Desktop conferencing , bisa dilakukan
dengan menggunakan webcam dan PC dengan software seperti Skype.
· Videoconference dan Kunjungan Virtual
Pengalaman ini terjadi tanpa siswa harus meninggalkan rumah mereka, sekolah, atau bahkan kelas mereka melalui " kunjungan virtual" . Kunjungan Virtual melibatkan siswa mengunjungi lokasi melalui link internet menggunakan sistem videoconferencing dan menjadi semakin tersedia di lokasi utama kepentingan di seluruh dunia.
·
M-Learning
dan U-Learning
Pembelajaran
mobile, atau kependekan dari m-learning adalah penambahan terminologi yang
ditemui di lingkaran pendidikan. Pendidikan, pengajaran dan tutorial di
lingkungan mobile, O Malley dan teman kerjanya (2003) mendefinisikan m-learning
sebagai pembelajaran yang mengambil tempat melalui perangkat nirkabel seperti
telepon selular, asisten digital personal (PDAs) atau leptop komputer.
2. Kelebihan
dan Kekurangan Perubahan Lingkungan Pembelajaran TIK
Kelebihan pembelajaran TIK menurut Elangoan (1999), Soekartawi (2002), Mulvihil (1997), Utarini (1997) dalam Asep Herman Suyanto 2005, antara lain tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Kedua, guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, Ketiga, dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Poin penting adalah bahwa peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
Kekurangannya antara lain kurangnya
interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya
interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan
mengajar. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek komersial. Berubahnya peran guru dari yang
semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut
mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Kemudian, tidak semua
tempat tersedia fasilitas internet dan kurangnya tenaga yang mengetahui dan
memiliki keterampilan internet.
3. Peran Guru
Pembelajaran
digital yang berpusat pada anak turut ‘menggeser’ peran pendidik. Di era
digital, pendidik mengawali dengan maju untuk memancing rasa ingin tahu.
Kemudian, pendidik beralih ke samping sebagai teman mengalami, dan akhirnya
mundur untuk memberi apresiasi sepenuh hati. Di bawah ini adalah perubahan dari
peran guru dalam proses pembelajaran.

B. Saran
Saran
untuk para guru, untuk terus memperbarui ilmu-ilmu contohnya ilmu TIK ini
karena masih banyak guru yang belum menguasai ilmu TIK tersebut, guru dapat
memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengaplikasikannya di kleas dalam
proses pembelajaran.
Saran
untuk pihak sekolah, melengkapi segala sarana prasaran yang menunjang dalam
proses pembelajaran, memberikan fasilitas internet di sekolah untuk memudahkan
siswa dalam mengakses suatu informasi, dan bisa juga menerapkan E-Learning atau
Blandeed Learning dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Jonathan. ICT Transforming Education A Regional Guide.
Thailand: 2010. UNESCO 2010.
Kwartolo, Yuli. Tesis “Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Dalam Proses Pembelajaran”. Jakarta : 2009. Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Jakarta.
Smart Technologies Inc. Interactive Whiteboards and Learning:
Improving Student Learning Outcomes and Streamlining Lesson Planning. Canada:
2006. Smart Technologies Inc
[1] Kwartolo, Yuli. Tesis “Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Dalam Proses Pembelajaran”. Jakarta : 2009. Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Jakarta. h. 1
[2] Anderson, Jonathan. ICT Transforming Education A Regional Guide.
Thailand: 2010. UNESCO 2010. h. 74
[3] Anderson, Jonathan. Ibid. h. 76
[4] Ibid,.
[5] Anderson, Jonathan. Ibid. h. 76
[6] Ibid,.
[7] Anderson, Jonathan. Ibid. h. 76
[8] Ibid,.
[9] Smart Technologies Inc. Interactive
Whiteboards and Learning: Improving Student Learning Outcomes and Streamlining
Lesson Planning. Canada: 2006. Smart Technologies Inc
[11] Anderson, Jonathan. Op.Cit h. 77
[12] Anderson, Jonathan. Ibid. 78
[16] Anderson, Jonathan. Op.Cit. 82
[19] Anderson, Jonathan. Op.Cit. 83
0 comments:
Post a Comment